Artikel - Kesedihan mendalam masih tersisa pasca tragedi kerusuhan yang pecah di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur pada awal Oktober 2022. Ini adalah tragedi malang yang menyebabkan korban jiwa terbesar kedua dalam sejarah kerusuhan stadion sepak bola.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo merilis data terkini jumlah korban 678 orang, diantaranya 131 meninggal dunia, 524 luka-luka, dan 23 luka berat, yang dirawat di beberapa rumah sakit.
Tanggal 1 Oktober kemarin, terjadi tragedi dalam pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya yang berakhir dengan kekalahan 2-3 Arema FC, dengan Persebaya Surabaya menang atas tim tamu.
Supporter Aremania yang menolak kebobolan langsung masuk ke stadion begitu peluit panjang wasit dibunyikan. Tragedi kemanusiaan kajuruhan menjadi sangat spesifik lantaran terjadi bukan karena tawuran antar supporter dua kesebelasan yang berlaga.
Kemenangan Persebaya Surabaya atas Arema FC di kandang Singo Edan membuat sejarah bagi mereka setelah 23 tahun. Pada saat yang sama, mereka membuat marah suporter Arema FC di stadion Kanjuruhan Malang, yang berhamburan di sekitar stadion dengan peringatan gas air mata dari aparat.
Banyak orang mengecam keputusan penembakkan gas air mata ke podium yang dipenuhi supporter Aremania. Tapi itu bukan satu-satunya alasan, desas-desus beredar melalui berbagai media dan internet bahwa kapasitas maksimal stadion 45.000 diduga diisi lebih, karena stadion belum menggunakan kursi tunggal.
Hanya dua pintu keluar stadion yang dibuka, enam pintu keluar lainnya dikunci dan tidak ada perlindungan. Tangga menuju pintu keluar curam, tidak ada pagar pengaman, dan lebar pintu sempit sekitar 2,5m. Bahkan dalam keadaan normal, butuh waktu lama bagi 45.000 penonton untuk meninggalkan stadion.